Sejarah Perkembangan Sains
Immanuel Kant |
baca juga: Keterkaitan antara, Sains, Teknologi, dan Peradaban
Periode Yunani kuno
Sains berawal dari upaya dan hasil pemikiran para filsuf pada zaman peradaban Yunani kuno. Walaupun begitu, pemikiran ini bukan sekedar pemikiran biasa melainkan pemikiran-pemikiran yang mendalam tentang alam sekitar. Kegiatan berpikir secara mendalam beserta hasilnya ini kemudian disebut dengan istilah filsafat. Oleh karena itu, filsafat dianggap sebagai ibu kandung dari sains.
Filsuf pertama yang diketahui menggunakan akal rasionalnya untuk mencari penjelasan tentang alam adalah Thales (hidup sekitar tahun 585 SM). Selain memikirkan tentang alam, para filsuf Yunani kuno juga memikirkan tentang manusia. Filsuf yang termasuk kelompok ini adalah Socrates (470-399 SM), Plato (429-347), dan Aristoteles (384-322 SM). Diantara ketiga filsuf guru dan murid ini, Aristoteleslah yang paling banyak mempengaruhi kehadiran dan perkembangan sains.
Selain filsuf-filsuf di atas, ada juga filosof lain yang hasil pemikirannya banyak mempengaruhi perkembangan sains di kemudian hari. Filsuf-filsuf itu diantaranya adalah Euclid, Phytagoras, dan Archimedes.
Periode Romawi
Peradaban Romawi merupakan peradaban yang begitu canggih dan modern. Namun sayangnya peradaban ini gagal menghasilkan ilmuwan, sehingga kontribusi peradaban ini sangat kecil dalam pengembangan sains. Beberapa berpendapat bahwa perbudakan merupakan penghambat dalam inovasi industri.
Sejarawan lainnya menyatakan bahwa struktur sosial bangsa Romawi yang berkombinasi dengan kelekatannya yang lama terhadap bentuk-bentuk magis tidak memberikan tempat bagi penghargaan terhadap usaha-usaha yang bersifat ilmiah.
Periode Kegelapan
Pada masa ini, pemikiran filosofi cenderung dijadikan sebagai abdi teologi, yaitu alat untuk mendukung kebenaran wahyu (Adian, 2001). Selain itu, filsafat Yunani kuno dilarang beredar secara umum, hanya terbatas pada kalangan elit gereja. Hal itu menyebabkan kemandegan berpikir dalam masyarakat.
Periode Peradaban Islam
Sementara di Eropa mengalami masa stagnansi, di belahan dunia lain tepatnya di Jazirah Arab berkembang peradaban baru yang mengalami kemajuan pesat. Peradaban baru ini dikembangkan oleh Nabi Muhammad. Peradaban ini mulai muncul pada abad ke-7 M dan mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-9 M sampai abad ke-13 M.
Kemajuan peradaban islam dipicu oleh penerjemahan karya-karya yang berasal dari berbagai bangsa dan peradaban. Karya-karya di bidang kedokteran, fisika, astronomi, matematika, dan filsafat diterjemahkan dari peradaban Yunani kuno. Karya-karya sastra diterjemahkan dari peradaban Persia. Karya-karya di bidang matematika dan astronomi diterjemahkan dari peradaban Hindu di India.
Beberapa filsuf muslim, seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Imam Ghozali atau Ibnu Taymiyah, diketahui telah mengkaji secara mendalam karya-karya filosof Yunani kuno serta memberikan kritikan terhadap karya-karya tersebut.
Ilmuwan muslim juga mengembangkan berbagai bidang keilmuwan. Mereka mengembangkan aljabar, menemukan trigonometri, dan membangun berbagai observatorium astronomi. Mereka menemukan lensa dan menciptakan kajian tentang optika. Mereka juga mengembangkan ilmu kimia. Ahli fisika Al Razi, misalnya, menemukan klasifikasi binatang, tumbuhan, dan mineral.
Sumbangan nyata lainnya ilmuwan muslim terhadap perkembangan sains modern berupa metode eksperimen. Metode ini pada awalnya dikembangkan oleh ahli-ahli kimia muslim untuk mendapatkan obat ajaib awet muda dan rumus membuat emas dari logam biasa. Metode inilah yang kemudian diadopsi dan diperkenalkan oleh Roger Bacon di Eropa.
Periode Pencerahan (Renaissans)
Beredarnya buku-buku filsafat Yunani kuno berbahasa latin di Eropa, membangunkan orang-orang Eropa dari tidur panjangnya selama seribu tahun lebih. Aktivitas berpikir pun mulai kembali hidup. Dua aliran pemikiran utama yang muncul pada era ini adalah rasionalisme dan empirisme. Dua aliran pemikiran inilah yang kemudian menjadi landasan sains modern.
Rasionalisme muncul di Eropa daratan. Aliran ini muncul sebagai hasil pemikiran filosof besar berkebangsaan Prancis, yaitu Rene Descartes (1596-1650 M). Pernyataannya yang terkenal adalah "aku berpikir, maka aku ada."
Aliran berpikir rasionalisme mendapat banyak kritik dari para filosof di Britania Raya yang kemudian memunculkan aliran lain yaitu empirisme. Aliran pemikiran ini, pertama kali diusulkan oleh filosof Inggris yang bernama Jhon Locke (1632-1704).
Rasionalisme dan empirisme merupakan dua aliran pemikiran yang sama-sama berada pada titik ekstrim dan saling berlawanan. Sampai kemudian muncul filosof berkebangsaan Jerman, Immanuel Kant (1724-1804 M) yang mendamaikan kedua aliran ini. Pemikiran Kant merupakan landasan utama sains dan teknologi modern.
Pada periode renaissans ini juga berkembang metode eksperimen yang kemudian menjadi paradigma dalam sains modern. Roger Bacon (1214-1294) merupakan filosof yang pertama kali memperkenalkan metode ini di Eropa.
Periode Modern
Di bidang filsafat, aliran pemikiran empirisme menjadi inspirasi munculnya aliran positivisme dan empirisme logis. Aliran ini merupakan fondasi utama sains modern sampai sekarang. Istilah positivisme dikemukakan pertama kali oleh filosof berkebangsaan Prancis, Henry Saint Simon (1760-1825). Namun, istilah ini lebih dipopulerkan oleh muridnya yaitu Auguste Comte (1798-1857).
Pada periode modern ini metode ilmiah berkembang menjadi lebih sempurna. Metode ini pada mulanya dirintis oleh Copernicus (1473-1543), kemudian dikembangkan oleh Keppler (1571-1630), Galileo (1564-1642), dan Newton (1642-1727).
Pada periode modern, para filosof merangkap banyak peranan. Selain sebagai filosof, mereka juga berperan sebagai ilmuwan, matematikawan, atau teolog. Sir Isaac Newton merupakan salah satu filosof yang memiliki peran ganda ini. Selain sebagai filosof yang mengembangkan filsafat, Newton juga mengembangkan matematika dan fisika.
Dengan semakin sempurnanya matematika, maka lengkap sudah sarana yang dibutuhkan oleh para ilmuwan untuk mencari kebenaran secara ilmiah.
Pada pertengahan abad ke-17 mulai berkembang komunikasi ilmiah antar ilmuwan. Komunikasi ini berupa korespondensi pribadi antar ilmuwan, publikasi ilmiah, atau penyebaran pamflet-pamflet.
Semakin banyaknya temuan ilmiah serta semakin seringnya komunikasi ilmiah membuat sains semakin berkembang. Bahkan setelah itu, bermunculan berbagai disiplin ilmu baru.
Pada periode modern ini pula berbagai macam teknologi canggih mulai dikembangkan berdasarkan temuan-temuan di berbagai bidang sains terutama bidang fisika. James Watt berhasil menciptakan mesin uap yang kemudian menjadi titik awal munculnya revolusi industri pertama di daratan Inggris pada abad ke-18.
Baca juga: Hakikat Sains dan Teknologi
Penemuan prinsip-prinsip kelistrikan, magnet, dan elektromagnetik semakin membuat perkembangan teknologi semakin pesat di awal abad 20. Dengan ditemukannya listrik dinamis yang dapat mengalir, bermunculanlah alat-alat yang digerakkan oleh listrik.
Kemajuan teknologi modern di awal abad 20 bukan hanya mendatangkan kemaslahatan bagi kehidupan manusia. Teknologi juga dimanfaatkan untuk memuaskan hasrat berkuasa para tokoh-tokoh tertentu seperti Hitler.
Periode Posmodern
Keangkuhan sains modern bukan tanpa kritik. Sains modern dianggap bukan hanya menghadirkan kemajuan, namun juga mengancam peradaban umat manusia. Kemajuan sains yang begitu pesat bukan tanpa celah atau masalah. Masalah besar muncul ketika pecahnya perang dunia pertama tahun 1920an dan perang dunia kedua tahun 1940an.
Berakhirnya perang dunia kedua tidak membuat penduduk dunia merasa aman dan tenang, karena setelah itu muncul perang secara non fisik yang disebut perang dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet. Perang jenis ini bahkan berlangsung cukup lama sampai beberapa dekade.
Pecahnya dua perang dunia tersebut, yang kemudian diikuti oleh perang dingin antara Uni Soviet dengan Amerika Serikat, membuat para filosof kembali turun ke gelanggang. Mereka kembali memikirkan secara mendalam tentang sains, filsafat yang melandasi sains, serta teknologi sebagai produk sains.
Lalu muncullah gerakan para filosof mengkritisi sains, termasuk juga landasan filsafatnya, beserta segala produk warisannya. Gerakan ini dikenal dengan posmodern. Pada periode ini, sains dan landasan filsafatnya, yaitu positivisme, mendapat kritikan tajam dari beberapa filosof besar, diantaranya Karl Raimund Popper, Thomas Kuhn, Richard Rorty, atau Paul Feyerabend (Adian, 2001).
Penulis: Feri Noperman
Uraian yang lebih detil dan lebih lengkap dapat dibaca di buku Pendidikan Sains dan Teknologi: Transformasi Sepanjang Masa untuk Kemajuan Peradaban.
Komentar
Posting Komentar